Potret Pasang Surut Pendidikan Indonesia
Andi Indah Yulianti
Abstrak
Tulisan ini akan meneliti dan merenungkan hubungan antara sastra dan pendidikan, dengan menjurus kepada persoalan di sekitar perkembangan sistem pendidikan di Indonesia melalui “kacamata” Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Andrea Hirata menunjukkan lewat novel Laskar Pelangi bahwa pendidikan bukanlah tempat di mana seseorang menuntut ilmu, namun bagaimana menjalaninya. . Secara signifikan, masalah yang paling menonjol yang dibicarakan dalam novel Laskar Pelangi adalah tema pendidikan di Indonesia, dan penulis tertarik untuk melihat masalah tersebut melalui persoalan kenyataan pasang-surut pendidikan di Indonesia. Adapun untuk tujuan tersebut, penulis melakukan analisis atas masalah yang hendak disoroti dengan menggunakan metode genetik-strukturalisme. Penggunaan metode ini didasarkan pada alasan bahwa pendidikan seperti apa yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi adalah refleksi dari suatu realitas pendidikan di Indonesia. Dan demi memahami persoalan tersebut lebih jelas, maka analisis terhadap novel tersebut tidak hanya akan melihat persoalan pendidikan tersebut seperti apa yang terdapat dalam novel (intrinsik), namun juga dalam hal referensinya ke dunia nyata pendidikan Indonesia (ekstirinsik).
Kata kunci: Laskar Pelangi, sastra, dan pendidikan.
1. Pendahuluan
Tak banyak karya sastra (khususnya novel) yang berani mengangkat tema pendidikan, bisa ditemukan di Indonesia belakangan ini. Tema seperti ini agaknya cukup dihindari oleh rata-rata penulis--dan juga penerbit--karena agaknya dianggap tidak laku, kurang menjual, atau rumit. Lihat saja carut-marut dunia pendidikan Indonesia belakangan ini. Apa hal menarik yang bisa diangkat dari segala sisi yang memang sudah sungguh “tak menarik” itu? Membicarakan pendidikan di Indonesia adalah menyibak topik tentang sebuah sistem yang komplikatif, guru-guru yang kurang terjamin kesejahteraannya karena bergaji rendah dan siswa-siswi yang hobi tawuran. Singkat kata, pendidikan adalah semacam penyakit komplikasi-kronis yang tampak semakin sulit disembuhkan di Indonesia.
Ketika kemudian Andrea Hirata datang dan menawarkan sebuah karya (novel) yang ia tulis--dengan tema pendidikan tentu saja, serta gaya yang sama sekali berbeda dengan perspektif semua orang secara umum tentang pendidikan: gairah baru pun kembali bangkit. Ternyata, pendidikan yang kita kenal selama ini, tidak seseram yang ada di bayangan kita tiap kali mendengar kata itu. Andrea Hirata berangkat dari kenangan masa kecilnya sendiri di Bangka Belitong, melibatkan 10 orang anak nakal yang sungguh-sungguh adalah temannya, membentuk apa yang mereka namai sebagai “Laskar Pelangi”; dan berani menunjukkan pada kita betapa masih ada semangat untuk meraup pendidikan dan menuntut ilmu malah dari anak-anak yang duduk di bangku sekolah paling miskin di Belitong.
Andrea Hirata mampu membeliakkan mata kita. Maka Laskar Pelangi telah membawa paradigma baru tentang bagaimana memandang pendidikan di tanah sendiri. Semua orang seakan sontak tersadar akan kebutuhan tentang pendidikan. Andrea Hirata menunjukkan lewat novel Laskar Pelangi bahwa pendidikan bukanlah tempat di mana seseorang menuntut ilmu, namun bagaimana menjalaninya. Bahkan pada sekolah SD Muhammadiyah paling reot dan nyaris rubuh sekalipun.
Maka tulisan ini dibuat, untuk menilik pendidikan di Indonesia melalui “kacamata” Laskar Pelangi, sebelas orang siswa sekolah dengan komitmen dan tekad yang kuat untuk terus belajar tanpa menghiraukan kenyataan buruknya fasilitas pendidikan yang mereka miliki. Secara signifikan, masalah yang paling menonjol yang dibicarakan dalam novel Laskar Pelangi adalah tema pendidikan di Indonesia, dan penulis tertarik untuk melihat masalah tersebut melalui persoalan kenyataan pasang-surut pendidikan di Indonesia. Adapun untuk tujuan tersebut, maka penyusunan tulisan ini merujuk pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dengan melakukan analisis atas masalah yang hendak disoroti dengan menggunakan genetik-strukturalisme. Penggunaan metode ini didasarkan pada alasan bahwa pendidikan seperti apa yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi adalah refleksi dari suatu realitas pendidikan di Indonesia. Dan demi memahami persoalan tersebut lebih jelas, maka analisis terhadap novel tersebut tidak hanya akan melihat persoalan pendidikan tersebut seperti apa yang terdapat dalam novel (intrinsik), namun juga dalam hal referensinya ke dunia nyata pendidikan Indonesia (ekstirinsik).
No comments:
Post a Comment